SELAMAT DATANG DI RUMAH ILMU SEMOGA MENDAPAT APA YANG ANDA INGINKAN

Selasa, 20 Desember 2011

Cinta Duniawi vs Hukum Cinta Kasih

Desember 2011
Cinta Kasih itu Sabar
Manusia yang memiliki cinta kasih adalah manusia yang sabar, baik sabar terhadap kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita, sabar terhadap kekurangan orang lain, dan sabar pada saat kita menghadapi percobaan yang menimpa kita. Dengan memiliki hati yang sabar kita akan lebih mudah merasakan kebahagiaan dan ketenangan di dalam diri kita.

Cinta Kasih itu Tidak Pemarah & Tidak Menyimpan Dendam
Pernahkah kita marah dengan pacar kita karena ia datang terlambat sehingga kita harus menunggu selama lebih dari satu jam? Pernahkah kita marah terhadap orang tua kita karena mereka terlalu banyak menasihati kita? Pernahkah kita marah terhadap anak-anak kita karena mereka sering membuat kesalahan? Pernahkah kita memarahi staf di bawah kita karena ia melakukan kesalahan yang tidak disengaja? Jika pernah, maka seperti itulah sifat mendasar yang dimiliki oleh kebanyakan manusia pada umumnya. Manusia cenderung untuk mudah tersinggung dan menyimpan emosi dalam hatinya sehingga melupa menjadi amarah dan dendam.
Kita harus belajar untuk mudah memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain serta tidak menyimpan dendam dalam hati kita. Kita harus menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan cenderung untuk berbuat salah dan kita pun juga sering melakukan kesalahan terhadap orang lain dan memerlukan pengampunan.
Cinta Kasih itu Tidak Cemburu
Seseorang yang benar-benar mengasihi dan mencintai orang lain tidak selalu harus bersama dengan orang yang dikasihinya tersebut. Terkadang kita harus merelakan orang yang kita kasihi tersebut dikasihi dan dicintai oleh seseorang yang dapat membahagiakan dirinya. Sebagai contoh adalah orang tua yang suatu saat harus merelakan dan melepaskan anak-anaknya untuk menikah dengan seseorang yang dicintai dan mencintainya. Namun dengan menikahnya sang anak bukan berarti hubungan cinta kasih antara anak dan orang tua menjadi berakhir, hanya saja cinta kasih tidak selalu harus memiliki. Begitu pula halnya apabila kita mencintai dan mengasihi lawan jenis kita, hal ini bukan berarti bahwa kita harus terus-menerus bersama dia dan memilikinya sampai akhir hayat kita, tidak jarang kita harus merelakan seseorang yang kita cintai dan kasihi untuk mencintai dan dicintai oleh orang lain yang dapat membahagiakan dirinya.
Cinta Kasih itu Rendah Hati dan Tidak Sombong
Seseorang yang memiliki cinta dalam dirinya biasanya bersikap rendah hati, mau memandang sesamanya yang hina, mau melayani orang lain, tidak sombong dan mau menang sendiri.
Namun pada kenyataannya sikap rendah hati ini seakan-akan menjauh dari kita seiring dengan meningkatnya jumlah materi yang kita miliki, posisi yang kita duduki, dan sebab-sebab lainnya yang membuat kita merasa bahwa kita lebih unggul dari yang lain. Kita harus mewaspadai diri kita apabila kita sudah memiliki sifat-sifat seperti ini karena akan mulai tidak disukai banyak orang dan kita akan dapat kehilangan sesuatu yang telah kita miliki.
Cinta Kasih itu Rela Berkorban
Seorang ibu yang sangat mengasihi dan mencintai anaknya tentu rela melakukan segala sesuatu demi anaknya tersebut, bahkan walaupun ia sampai harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Demikian pula halnya sepasang kekasih yang saling mencintai rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan nyawa kekasihnya.
Apabila kita selalu bertemu dengan orang yang mengasihi dan mencintai kita, kadang kita tidak merasakan kasih yang dicurahkan dan dilimpahkan kepada kita sampai suatu saat kita kehilangan dirinya.
Cinta Kasih itu Tidak Berkesudahan
Pernahkah kita jatuh cinta dengan seorang pria atau wanita yang menarik perhatian kita? Bagaimana perasaan kita saat pertama kali bertemu dengannya? Bagaimana keadaan hati kita pada saat kita mengungkapkan keinginan kita untuk menjadi kekasihnya dan diterima? Apakah kita merasakan dunia ini begitu indah? Apakah kita setiap hari membayangkan si dia di dalam pikiran kita? Namun bagaimana perasaan kita saat kita sudah tidak lagi menjadi kekasihnya karena satu dan lain masalah? Bagaimana perasaan kita jika melihat seseorang yang kita cintai menyakiti hati kita dan mencintai orang lain? Apakah kita memiliki perasaan yang sama ketika kita pertama kali bertemu dengannya? Saya rasa sebagian dari kita akan menjawab tidak, karena memang seperti itulah sifat mendasar yang dimiliki manusia, yaitu mencintai karena dicintai sehingga jika kita sudah tidak dicintai, maka cinta kita pun akan berakhir dan berkesudahan.
Namun di samping cinta kasih yang seperti kisah di atas, kita juga masih dapat menemukan cinta yang tulus dan tidak mengharapkan balasan, seperti cinta seorang ibu terhadap anaknya. Ia akan mencintai anaknya bagaimanapun juga kondisi si anak tersebut bahkan ketika sang anak sudah tidak mengasihi ibunya, sang ibu tetap mengasihi dan mencintai anaknya sampai akhir hayatnya.
Di samping itu juga cinta sepasang kekasih yang tulus biasanya saling mencintai walaupun keadaan pasangannya sudah tidak secantik dan sebaik seperti waktu pertama kali bertemu. Atau sepasang kekasih yang tidak berjodoh masih bisa memiliki cinta kasih walaupun mereka tidak saling memiliki. Namun tentu saja cinta kasih yang tulus seperti ini sudah agak sukar untuk ditemukan pada masa-masa sekarang ini, namun bukan hal yang mustahil suatu saat Anda yang membaca tulisan ini akan dapat memiliki cinta yang tulus dan tidak berkesudahan setelah beberapa waktu yang akan datang.
Tentu hukum cinta kasih yang telah kami jelaskan di atas bukan hal yang mudah untuk dilakukan hanya dengan sekadar membaca saja. Kita harus mencoba menerapkan secara perlahan-lahan dalam kehidupan kita sehari-hari dan merasakan perbedaanya

Kamis, 01 Desember 2011

BOBOT DOSA BAGI ORANG YANG BERILMU

Dari Anas bin Mali R.A dari Nabi صلى الله عليه وآله وسلم . Baginda Bersabda :


Malaikat Zabaaniah [Malaikat yang menyeksa orang yang berdosa dalam neraka] lebih dekat kepada pembaca Al-Quran yang derhaka berbanding penyembah berhala. Maka mereka berkata, mengapa kami didahulukan diseret ke dalam neraka berbanding penyembah berhala. Maka, Malaikat Zaabaniah menjawab pertanyaan mereka. Orang yang mengetahui hokum tidak sama dengan yang tidak mengetahui.
[H.R Thabrani dan Abu Na’im]


Lihatlah, dua kumpulan yang mempelajari ilmu, namun nasib akhir berbeza. Sebuah kumpulan ulama berada dibelakang kedudukan para Nabi, sementara yang lainnya berada di dasar api neraka.


Kedua-dua perbuatan mereka baik, namun apa yang membezakan keduanya ? Itulah niat dan tujuan mereka. Para ulama yang ikhlas, menjadikan ilmu yang mereka miliki sebagai modal untuk menghidupkan syariat Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat.


Ada di antara ulama yang menginginkan ajal yang datang ketika mereka sedang menyebarkan ilmu. Ada pula yang sedang menghadapi sakaratul maut segera menyuruh muridnya membacakan kitab atau segera mendakap kitab sebagai “ulangkaji” akhir sebelum bertemu Rabb nya. ALLAHU ALLAH.


Persoalannya bagaimana pula saat tibanya kematian kita yang sedang berusaha merai dan menggembirakan ketua jabatan semata-mata untuk mendapatkan pengiktirafan jawatan. Akhirnya mati dalam kemalangan dengan timbunan keinginan keduniaan. Jauhkan kami Ya ALLAH.


Maka, pusatkanlah perhatian kita terhadap usaha memperbetulkan niat. Para arifbillah menyatakan ; “Ucapkan kalimatmu agar ALLAH membenarkanmu, bukan agar manusia membenarkan kalimat-kalimatmu”. Maksudnya dengan mengutamakan ALLAH dalam setiap keadaan.


Peribadi para ulama amat berakhlak dan tidak sesekali mereka melalaikan syariat ALLAH. Mereka belajar dari guru ke guru yang lain, zaman demi zaman, hingga sampai ilmunya kepada Saydina Rasulullah . Jalan dakwah mereka adalah semata-mata ikhlas kerana ALLAH. Jalan mereka bukan jalan yang keras tetapi penuh santunan lemah lembut. Tiada riak gentar dihati dan wajah mereka menghujam para penguasa yang ingkar akan sayariat ALLAH. Itulah beza Sarjana-pHD dan para ulama yang tenang tidak dipuji juga tetap sabar apabila dimaki.


Manusia yang berdakwah dengan menuruti kehendak masyarakat bagaikan meletakkan ilmu syariat mengikut kesesuaian kehendak masyarakat. Mereka mahu menjadi popular, lalu takut menegah kemungkaran si penguasa. Mereka mahu dikenali, lalu dikeluarkan pelbagai kritikan yang mencetuskan kontroversi serta tidak selari dengan kesapakatan ulama.


Sedangkan keberadaan ulama lebih luhur, lebih agung dan terhormat daripada pekerjaan-pekerjaan lain yang berusaha menghiburkan manusia dengan gelak ketawa dengan mengharapkan kemahsyuran dan kepingan wang. Tanpa Sarjana-pHd, para ulama tidak terjatuh sedikit kemuliaannya disisi ALLAH .


Guru-guru alfaqir pernah berwasiat; Berhati-hatilah, jangan kau curahkan perhatian objek dakwahmu terhadap dirimu. Curahkan perhatianmu pada apa yang wajib disampaikan dari hak-hak ALLAH . Jangan enkau nantikan ucapan terima kasih atau cercaan. Jika nasihat datangnya dari hati, pasti mengenai hati. Tetapi, andai ia hadir melalui lidah, ia tidak akan mampu masuk jauh ke hati tetapi terhenti di telinga para pendengar.


WALLAHU’a’lam.

اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه و بارك و سلم
JANGAN MUDAH MELUPAKAN JASA ORANG LAIN
Pada suatu siang di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawaroh. Tidak seperti biasanya Rosulullah SAW tampak ke hilangan sesuatu. Sorot matanya melihat ke sudut-sudut masjid. Ia mencari sosok yang biasa ia lihat ada di masjidnya. Rosul SAW lantas bertanya kepada para sahabatnya, perihal perempuan tua yang biasa membersihkan masjid. Para sahabat tampak heran dengan pertanyaan Rosul SAW. Mereka tidak mengira sosok nenek tua itu mendapat perhatian besar dari Rosulullah SAW. Para sahabat lalu menyampaikan bahwa perempuan itu telah meninggal dunia.
Rosul SAW, sang teladan, tampak gusar dan bertanya heran kepada para sahabat, “Kenapa kalian tidak mengabariku?” Lalu para sahabat menjelaskan, “Dia meninggal di malam hari dan kami tidak ingin mengganggu engkau.”
Seperti tersentak Rosulullah mendengar berita duka itu. Jiwanya yang halus dan penyayang begitu tersentuh saat menerima berita bahwa sosok perempuan tua yang biasa dijumpainya kini telah menghadap Allah SWT, tanpa sepengetahuannya.
Rosul SAW segera meminta para sahabatnya, “Tunjukkan kepadaku kuburannya!”
Siang itu, para sahabat bersama Rosulullah SAW pergi ke sebuah makam tempat peerempuan tua itu disemayamkan, baru tadi malam. Rosul SAW lalu mensholat ghaib kannya (di atas kuburannya) dan berdo’a untuknya.

Inilah sebuah tauladan kebaikan dari manusia paling mulia di muka bumi ini. Sebuah kebaikan, yang bahkan oleh para sahabatnya kala itu dianggap sepele, yaitu memberikan Penghargaan atas Kebaikan Orang Lain.
Rosul SAW telah menunjukkan betapa pedulinya beliau terhadap sebuah jasa yang dianggap kecil oleh orang lain. Bagi sebagian kita, mungkin jasa yang dilakukan nenek tua itu tidak termasuk ke dalam kelompok jasa yang patut diperhatikan. Cuma menyapu masjid. Pekerjaan seperti itu, memang nyaris tidak mendapat perhatian apapun dari lingkungan sekitarnya. Para sahabat Rosul SAW pun bukan tidak tahu dan tidak menghargai jasa nenek yang berkulit hitam itu. Namun mereka tidak menyangka dan merasa peran membersihkan masjid yang dilakukan perempuan tua itu ternyata menempati posisi istimewa dalam pandangan Rosul SAW.
Memang, seringkali manusia menghargai jasa orang lain hanya dikaitkan dengan kebutuhannya yang sifatnya sangat sementara. Ketika perlu, seseorang cenderung merasakan peran-peran orang lain begitu berharga. Tapi jika tidak perlu lagi atau kebutuhan telah didapatkan, biasanya peran dan jasa itupun hilang bak debu diterpa angin, tidak ada bekasnya.
Tidak sedikit, seorang anak yang sudah berhasil, menganggap orang tuanya hanya sebagai beban yang merepotkan, karena beliau-beliau telah tua dan tidak produktif lagi. Lalu ditipkan dipanti jompo atau dibiarkan mengurus mereka sendiri.
Tidak sedikit seorang murid atau santri yang sudah sukses, menilai guru-gurunya hanya sebagai batu loncatan menuju cita-cita yang diinginkannya. Ketika cita-cita itu tercapai atau telah sekian lama dirinya melewati masa belajar, jasa para guru-guru mereka dahulu terlupakan sama sekali bahkan menganggap keberadaan orang yang telah menyebabkan mereka dapat membaca, berilmu dan bernilai sekarang, seakan tidak ada.
Adapula yang meninggalkan rekan sekerja, sahabat atau orang lain yang pernah berjasa, karena mereka sudah tidak berkedudukan tinggi, sudah tidak memiliki jabatan dan sudah tidak berguna baginya. Atau karena dirinya sudah berada di posisi yang lebih tinggi dari orang-orang itu.
Allah swt berfirman:
"dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan."
Marilah kita pandai-pandai membaca, meneliti dan mentafakkuri perjalanan hidup ini hingga langkah terakhir kita di Masjid ini. Sesunggunya perjalanan kita tersambung karena banyak peran dan jasa orang-orang di sekitar kita.
Kedua orang tua kita, istri dan anak kita, sahabat-sahabat kita, guru-guru kita, rekan-rekan kerja kita atau bahkan orang-orang yang hanya kita ketemu dengannya 1 kali di jalan, terminal atau di negeri-negeri asing yang kita kunjungi , yang mungkin dalam pandangan kita tidak selalu berjasa. Namun sesungguhnya entah besar atau kecil, telah memberikan kontribusi dalam hidup kita.
Marilah kita belajar dari Rosulullah SAW, yang begitu memberikan curahan hati dan fikirannya terhadap seorang perempuan tua di Masjid Nabawi yang sesungguhnya kebaikan yang diberikan orang tua itu tidak untuk Rosul pribadi, tapi justru sebenarnya dirasakan oleh banyak sahabatnya, mereka selalu mendatangi masjid dalam keadaan bersih sehingga mereka dapat beribadah dengan tenang dan khusuk di dalamnya.
Demikian mulianya Rosul, beliau telah mengajarkan kepada kita tentang menghargai jasa orang lain. Penghargaan jasa yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan pribadi, terlebih jika ada jasa orang lain yang terkait dengan kebutuhan pribadi atau keluarga kita.
Penghargaan atas peran dan jasa yang boleh jadi dianggap sepele, kecil, sederhana dan tidak bergengsi oleh orang lain. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk melakukannya. Namun jasa tetaplah jasa. Dan manfaatnya tetaplah harus dikenang dan dihargai.
Mari ingat dan sapa semua orang yang pernah berjasa kepada kita, dan kepada kehidupan kita. Mudah-mudahan dengan itu kita pun akan menjadi orang yang tidak dilupakan oleh orang lain.


بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.

Minggu, 20 November 2011

Isi Rumah Ilmu

Penulis memberi nama Web ini dengan RUMAH ILMU. Ini dimaksudkan seluruh isi (conten) dari web ini berkaitan dengan khasanah pengetahuan yang lebih ilmiah dan terkumpul di Web ini (penulis memilih kata "Rumah"). Tentu tidak menyertakan pandangan-pandangan mitos dan mistis. Kalau pun ada hanya sebagai tema kajian semata.

Web ini diniatkan dan dibuat untuk mempermudah komunikasi saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dengan siswa, terutama saat diluar sekolah. Siswa terkadang sulit untuk menemukan referensi dan memiliki keterbatasan waktu dalam mempelajari bahasa inggris di dalam kelas bersama saya. Diharapkan melalui Web ini, berbagai keterbatasan sudah tidak menjadi alasan penulis (sebagai pengajar) untuk tidak menyelesaikan kewajiban menyampaikan target-target pmbelajaran berdasarkan amanah 8 Standar dalam KTSP.

Berikut rincian content (isi) Web Rumah Ilmu :
- Materi Bahasa Inggris
- Lagu-lagu berbahasa inggris (MP3, MP4, MPEG, DVD) dan liriknya.
- Materi Strategi belajar
- Materi Ilmu Komputer
- Ruang konsultasi
- Download materi Bahasa Inggris dan Komputer
- Download software komputer
- Informasi nilai siswa
- Jadwal/Agenda Penulis
- dll.

Terimakasih saya sampaikan kepada istriku (Lasmini Rahmawati Sumarno) dan anak-anak (Alwan Mufid Addafa dan Hilwa Nafisa Mutmainnah). Terutama heheh Alwan yang suka "mengganggu" konsentrasi bapak bapak ngeposting web ini. Trims dech.

Bagi para siswa, saya ucapkan selamat memanfaatkan Web ini. Semoga bermanfaat.

Salam